Dalam penjelasan kali ini Khanfarkhan.com akan memberitahukan bagaimana cara menghitung persediaan menggunakan 4 metode yakni LIFO, FIFO, Rata-Rata (Average) dan Harga Pokok Penjualan dengan memakai dua sistem pencatatan persediaan yakni sistem perpetual dan sistem periodik.
Pada umumnya ketika melakukan perhitungan persediaan, akan dihitung juga harga pokok penjualan dan laba kotornya, supaya menjadi lebih jelas berikut penjelasan secara lengkapnya mengenai Pengertian serta Contoh Soal Metode LIFO, FIFO, AVERAGE dan HPP dengan 2 Pencatatan.
“Disini tidak hanya dijelaskan 4 metode cara menghitung persediaan. Namun, Andajuga bisa membaca artikel berikut ini mengenai 2 Metode Pencatatan Persediaan Barang Dagang [Perpetual dan Periodik]”
[toc]
1. Contoh Soal Metode FIFO
Pada hakikatnya metode FIFO ( Firs In First Out) ini maksudnya ialah persediaan barang masuk pertama makan akan keluar pertama, sehingga untuk persediaan akhir dinilai dengan perolehan yang terakhir dibeli (masuk).
Sebenarnya metode ini dianggap memiliki dampak terhadap nilai aktiva yang dibeli oleh perusahaan dan cenderung menghasilkan persediaan yang tinggi nilainya.
A. Metode Penilaian Persediaan Fifo
Sebagai contoh ilustrasi tentang metode penilaian persediaan FIFO dalam sistem persediaan periode, disini akan diberikan contoh ayat jurnal persediaan awal dan pembelian barang dagang pada bulan Januari 2018 seperti berikut :
Januari 1 | Persediaan | 100 | Unit | Biaya | Rp 20.000 | Per Unit | Rp 2.000.000 |
10 | Persediaan | 80 | Unit | Biaya | Rp 21.000 | Per Unit | Rp 1.680.000 |
30 | Persediaan | 100 | Unit | Biaya | Rp 22.000 | Per Unit | Rp 2.200.000 |
Tersedia untuk dijual | 280 | Rp 5.880.000 |
Perhitungan fisik yang dilakukan pada tanggal 31 Januari 2018 ternyata ada sisa persediaan sebanyak 150 unit.
Dengan cara memakai metode FIFO, biaya sisa dari persediaan akhir pada akhir periode bersumber dari biaya perolehan yang paling akhir.
Biaya 150 unit dalam persediaan per 31 Januari 2018 senilai Rp 3.250.000 dari biaya barang tersedia untuk dijual senilai Rp 5.880.000 sehingga diperoleh harga pokok penjualan senilai Rp 2.630.000
Biaya Paling akhir, pembelian 30 Januari 2018 | 100 | Rp 22.000 | Rp 2.200.000 |
Biaya paling akhir selanjutnya, pembelian 10/1/2018 | 50 | Rp 21.000 | Rp 1.050.000 |
Persediaan 31 Januari 2018 | 150 | Rp 3.250.000 |
Setelah itu dengan mengurangkan biaya persediaan per 31 Januari 2018 senilai Rp 3.250.000 atas biaya barang yang tersedia untuk dijual senilai Rp 5.880.000 sehingga hasil yang diperoleh sebesar Rp 2.630.000.
Sehingga akan diperlihatkan seperti tabel dibawah ini:
Persediaan awal, 1 Januari 2018
Pembelian (Rp 1.680.000 + Rp 2.200.000) Biaya Barang tersedia untuk dijual Persediaan akhir 31 Januari 2018 Harga Pokok Penjualan (HPP) | Rp 2.000.000
Rp 3.880.000 |
Rp 5.880.000
Rp 3.250.000 | |
Rp 2.630.000 |
Persediaan akhir 31 Januari 2018 senilai Rp 3.250.000 asalnya dari biaya perolehan paling akhir. HPP senilai Rp 2.630.000 asalnya dari biaya persediaan awal serta biaya paling awal.
Sehingga untuk menggambarkan hubungan antara harga pokok penjualan (HPP) selama bulan januari 2018 dan juga persediaan akhir per 31 Januari 2018 bisa disajikan dalam sebuah gambar.
Perhatikan gambar ilustrasi dibawah ini :

B. Penggunaan Metode Penilaian Persediaan FIFO
Pada saat metode penilaian persediaan FIFO dipakai selama periode inflasi atau terjadi kenaikan harga-harga secara umum, biaya unit yang lebih awal akan lebih rendah apabila dibandingkan dengan biaya unit yang paling akhir, seperti yang sudah di tunjukkan dalam contoh di atas.
Oleh sebab itu dengan memakai metode FIFO akan menghasilkan laba kotor yang lebih tinggi.
Namun, persediaan harus diganti dengan harga yang lebih tinggi dari pada yang diperlihatkan oleh HPP (Harga Pokok Penjualan).
Didalam transaksi jual beli ada istilah FOB Shipping Point dan FOB Destination silahkan baca penjelasan di pembahasan kami sebelumnya.
2. Contoh Soal Metode Lifo
Pada hakikatnya metode LIFO (Last In First Out) maksudnya bahwa persediaan barang yang diterima terakhir masuk maka akan dijual pertama, sehingga penilaian perolehan persediaan akhir berdasarkan dari nilai perolehan ang pertama (awal) masuk (beli).
Sehingga dalam penggunaanya metode LIFO dianggap berdampak pada nilai aktiva yanng rendah bagi perusahaan dan cenderunng menghasilkan nilai persediaan akhir yang rendah juga.
Ketika sudah mulai meneggunakan metode persediaan LIFO, sisa biaya persediaan pada akhir periode bersumber dari biaya perolehan paling awal.
Sesuai data seperti contoh metode FIFO diatas, biaya 150 unit dalam persediaan akhir per 31 Januari 2018 akan dihitung seperti berikut:
Perseidaan awal, 1 Januari 2018 | 100 | Rp 22.000 | Rp 2.000.000 |
Biaya paling awal selanjutnya, pembelian 10/1/2018 | 50 | Rp 21.000 | Rp 1.050.000 |
Persediaan 31 Januari 2018 | 150 | Rp 3.050.000 |
Dengan Mengurangkan biaya persediaian per 31 Januari 2018 senilai Rp 3.050.000 berasal dari biaya barang untuk dijual senilai Rp 5.880.000 maka akan diperoleh harga pokok penjualan (HPP) sebesar Rp 2.830.000
Coba Anda perhatikan tabel dibawah ini ;
Persediaan awal, 1 Januari 2018
Pembelian (Rp 1.680.000 + Rp 2.200.000) Biaya Barang tersedia untuk dijual Persediaan akhir 31 Januari 2018 Harga Pokok Penjualan (HPP) | Rp 2.000.000
Rp 3.880.000 |
Rp 5.880.000
Rp 3.050.000 | |
Rp 2.830.000 |
Persediaan akhir per 31 Januari 2018 senilai Rp 3.050.000 sumbernya dari biaya perolehan paling awal.
Jumlah Harga Pokok Penjualan (HPP) senilai Rp 2.830.000 sumbernya dari biaya persediaan paling akhir.
Kaitan harga pokok penjualan untuk bulan januari 2018 dan persediaan akhir per 31 Januari 2018 dapat dilihat pada gambar ilustrasi dibawah ini:

A. Penggunaan Metode Penilaian Persediaan Lifo
Ketika metode LIFO sudah dipakai selama periode inflasi atau kenaikan harga-harga hasilnya ialah kebalikan dengan dua metode yang lain.
Seperti yang diperlihatkan pada contoh diatas, metode LIFO akan menghasilkan jumlah yang lebih tinggi lagi untuk HPP (Harga Pokok Penjualan)
Kemudian untuk jumlah yang lebih rendah untuk laba kotor serta jumlah yang lebih rendah lagi untuk persediaan akhir, jika dibandingkan dengan metode lainya.
Pengaruh ini disebabkan oleh biaya perolehan unit yang paling akhir kurang lebih tidak ada yang berbeda dengan biaya penggantinya.
Pada periode inflasi, biaya unit yang lebih baru akan semakin tinggi jika dibandingkan dengan harga unit lebih awal.
Maka dari itu, bisa dibilang kalau metode LIFO hampir sukses membandingkan biaya saat ini dengan pendapatan sekarang ini.
3. Contoh Soal Average Methode
Metode average atau yang sering dikenal dengan sebutan metode rata-rata, dimana dalam metode ini dijelaskan bahwa nilai dari persediaan akhir akan menghasilkan antara nilai persediaan dengan metode FIFO.
Dengan memakai metode ini sehingga akan menimbulkan dampak pada laba kotor dan harga pokok penjualan.
Biaya unti rata-rata tertimbang yang sama dipakai guna menghitung biaya persediaan pada akhir periode.
Pada perusahaan yang mempunyai barang penjualan yang terdiri dari berbagai pembelian unit yang identik, adalam penerapan metode biaya rata-rata hampir sama dengan dengan arus fisik barang.
Untuk bisa menghitung biaya unti rata-rata tertimbang yakni dengan membagi total biaya unti setiap barang yang tersedia untuk dijual selama periode tertentu dengan jumlah unit barang terkait.
Dengan memakai data biaya yang sama dengan contoh padaa metode LIFO dan juga FIFO, maka biaya rata-rata 280 unit senilai Rp 21.000, dan untuk biaya unit dalam persediaan akhir, dihitung seperti dibawah ini:
Biaya unit rata-rata : Rp 5.880.000 / 280 unit = Rp 21.000
Persediaan 31 Januari 2018, 150 unit dengan biaya Rp 21.000 per unit = Rp 3.150.000
Mrngurangi biaya persediaan per 31 Januari 2018 senilai Rp 3.150.000 dari biaya barang tersedia untuk dijual sebesar Rp 5.880.000 akan memperoleh harga pokok penjualan (HPP) sebesar Rp 2.730.000, seperti tabel dibawah ini:
Persediaan awal, 1 Januari 2018
Pembelian (Rp 1.680.000 + Rp 2.200.000) Biaya Barang tersedia untuk dijual Persediaan akhir 31 Januari 2018 Harga Pokok Penjualan (HPP) | Rp 2.000.000
Rp 3.880.000 |
Rp 5.880.000
Rp 3.150.000 | |
Rp 2.830.000 |
Penggunaan Metode Penilaian Persediaan Biaya Rata-rata
Metode ini pada dasaranya merupakan hasil kompromi antara metode LIFO serta metode FIFO. Pengaruh kecenderungan harga di dapat dari rata-rata dalam menghitung HPP serta persediaan akhir.
Contoh ilustrasi, urutan biaya unit yang secara keseluruhanya dibalik dengan biaya unit seperti yang disajikan dalam contoh di atas, tentu tidak akan bisa memgpengaruhi harga pokok penjualan, laba kotor maupun persediaaan akhir yang dilaporkan.
Perhatikan Contoh Soal Dibawah ini :
Contoh Soal I
Unit satuan barang yang sudah tersedia guna dijual selama tahun berjalan yakni seperti berikut :
Januari 1 | Persediaan | 6 | Unit | Biaya | Rp 50.000 | Per Unit | Rp 300.000 |
Maret 20 | Persediaan | 14 | Unit | Biaya | Rp 55.000 | Per Unit | Rp 770.000 |
Oktbr 30 | Persediaan | 20 | Unit | Biaya | Rp 62.000 | Per Unit | Rp 1.240.000 |
Tersedia untuk dijual | 40 | Rp 2.310.000 |
- Ada 16 unit barang dalam perhitungan fisik persediaan per 31 Desember. Memakai sistem periodik untuk bisa menentukan persediaan.
- Selanjutnya hirunglah biaya persediaan tersebut memakai : 1) Metode FIFO, 2) Metode LIFo, 3) Metode biaya rata-rata.
Jawab Soal :
(1) Metode FIFO
= 16 Unit x Rp 62.000 = Ro 992.000
(2) Metode LIFO
= (6 Unit x Rp 50.000) + (10 unit x Rp 55.000) = Rp 850.000
(3) Metode Rata-rata
= Rp 2.310.000 / 40 = Rp 57.750
= 16 unit x Rp 57.750 = Rp 924.000
Kesimpulan :
Pada pembahasan dari ketiga metode tadi arus biaya yang berbeda diasumsikan untuk masing-masing dari tiga metode alternatif biaya persediaan.
Coba Anda perhatikan kalau biaya unitnya masih tetap stabil, semua metode akan memperoleh hasil yang sama.
Namun dikarenakan harga kebutuhan yang tidak stabil dan terus berubah-rubah, tiga metode diatas biasanya akan mendapatkan jumlah yang berbeda untuk :
- Haarga Pokok Penjualan (HPP) untuk periode berjalan
- Laba bersih dan laba kotor untuk periode tersebut
- Persediaan akhir
Contoh ilsutasinya, misal saja penjualan sebesar Rp 3.900.000, diperoleh dari 130 unit x Rp 30.000, cuplikan laporan laba rugi dbawah ini memperlihatkan adanya pengaruh pada setiap metode ketikan harga sedang naik.

Coba Anda lihat penggalan laporan laba rugi diatas, Metode FIFO menghasilkan jumlah yang paling rendah untuk Harga Pokok Penjualan.
Namun menghasilkan jumlah yang paling tinggi untuk laba bersih dan laba kotor serta persediaan akhir.
Dalam hal ini, untuk metode persediaan LIFO mampu menghasilkan jumlah yang paling tinggi untuk Harga Pokok Penjualan.
Namun menghasilkan jumlah yang paling rendah untuk laba bersih dan laba kotor serta persediaan akhir.
Sedangkan untuk metode penilaian persediaan biaya rata-rata mampu menghasilkan jumlah diantara yang sudah dihasilkan LIFO dan FIFO.
Contoh Soal II
PT Saburai menjalankan perlakuan (Pembelian, Penjualan) persediaan ditahun 2018 yakni sebagai berikut:
Tanggal | Keterangan | Kuantitas | Harga |
---|---|---|---|
2 Jan | Persediaan awal | 200 unit | Rp. 9.000 |
10 Maret | Pembelian | 300 unit | Rp.10.000 |
5 April | Penjualan | 200 unit | Rp.15.000 |
7 Mei | Penjualan | 100 unit | Rp.15.000 |
21 Sept | Pembelian | 400 unit | Rp.11.000 |
18 Nov | Pembelian | 100 unit | Rp.12.000 |
20 Nov | Penjualan | 200 unit | Rp.17.000 |
10 Des | Penjualan | 200 unit | Rp.18.000 |
Diminta :
- Carilah nilai persediaan akhir Sistem perpetual dengan metode FIFO, LIFO dan Average.
- Carilah Laba Kotor dan Harga Pokok Penjualanya.
Jawab :
1. Metode FIFO (First In First Out)
2. Metode Lifo (Last In First Out)
3. Metode Rata-Rata (Average Methode)
4. Harga Pokok Penjualan
a. Sistem Periodik
FIFO | LIFO | Rata-rata | |
---|---|---|---|
Persediaan awal | 1.800.000 | 1.800.000 | 1.800.000 |
Pembelian | 8.600.000 | 8.600.000 | 8.600.000 |
Barang tersedia utk dijual | 10.400.000 | 10.400.000 | 10.400.000 |
Persediaan akhir | (3.400.000) | (2.900.000) | (3.224.000) |
Harga Pokok penjualan | 7.000.000 | 7.500.000 | 7.176.000 |
b. Sistem Perpetual
FIFO | LIFO | Rata-rata | |
---|---|---|---|
Persediaan awal | 1.800.000 | 1.800.000 | 1.800.000 |
Pembelian | 8.600.000 | 8.600.000 | 8.600.000 |
Barang tersedia utk dijual | 10.400.000 | 10.400.000 | 10.400.000 |
Persediaan akhir | (3.400.000) | (2.900.000) | (3.224.000) |
Harga Pokok penjualan | 7.000.000 | 7.500.000 | 7.176.000 |
Laba Kotor
a. Sistem Periodik
FIFO | LIFO | Rata-rata | |
---|---|---|---|
Penjualan | 11.500.000 | 11.500.000 | 11.500.000 |
Harga Pokok Penjualan | (7.000.000) | (7.600.000) | (7.280.000) |
Laba Kotor | 4.500.000 | 3.900.000 | 4.220.000 |
b. Sistem Perpetual
FIFO | LIFO | Rata-rata | |
---|---|---|---|
Penjualan | 11.500.000 | 11.500.000 | 11.500.000 |
Harga Pokok Penjualan | (7.000.000) | (7.500.000) | (7.176.000) |
Laba Kotor | 4.500.000 | 4.000.000 | 4.324.000 |
Jurnalnya
- Periodik (FIFO)
Saat Mencatat Pembelian:
Pembelian | Rp. 8.600.000 |
Utang usaha/Kas | Rp. 8.600.000 |
Saat Mencatat Penjualan:
Piutang Usaha/Kas | Rp. 11.500.000 |
Penjualan | Rp. 11.500.000 |
Saat Penyesuaian untuk Persediaan:
Ikhtisar Rugi Laba | Rp. 1.800.000 |
Persediaan | Rp. 1.800.000 |
Persediaan | Rp. 3.400.000 |
Ikhtisar Rugi Laba | Rp. 3.400.000 |
- Perpetual (FIFO)
Saat Mencatat Pembelian:
Persediaan | Rp. 8.600.000 |
Utang Usaha/Kas | Rp. 8.600.000 |
Saat Mencatat Penjualan:
Piutang Usaha | Rp. 11.500.000 |
Penjualan | Rp. 11.500.000 |
Harga Pokok Penjualan | Rp. 7.000.000 |
Persediaan | Rp. 7.000.000 |
Contoh Soal III
Berikut adalah transaksi PT. Jaya Sakti selama Bulan Juli 2018
Tanggal | Keterangan | Kuantitas | Harga |
---|---|---|---|
1 Juli | Persediaan awal | 100 unit | Rp.10.000 |
5 Juli | Pembelian | 500 unit | Rp.12.000 |
12 Juli | Pembelian | 100 unit | Rp.15.000 |
22 Juli | Penjualan | 300 unit | Rp.25.000 |
27 Juli | Pembelian | 100 unit | Rp 20.000 |
30 Juli | Penjualan | 50 unit | Rp.30.000 |
Diminta:
1. Tentukan nilai persediaan akhir, harga pokok penjualan (HPP) dan laba kotor, jika diasumsikan perusahaan memakai sistem periodik FIFO dan sistem perpertual LIFO
Jawab :
1. Sistem Periodik FIFO
Tanggal | Keterangan | Kuantitas | Harga (Rp.) |
---|---|---|---|
1 Juli | Persediaan awal | 100 unit @ Rp.10.000 | 1.000.000 |
5 Juli | Pembelian | 500 unit @ Rp.12.000 | 6.000.000 |
12 Juli | Pembelian | 100 unit @ Rp.15.000 | 1.500.000 |
27 Juli | Pembelian | 100 unit @ Rp 20.000 | 2.000.000 |
800 unit | 10.500.000 |
Persediaan yang siap untuk dijual (harga) ialah Rp 10.500.000
Unit persediaan akhir yakni:
= Persediaan (unit) yang siap untuk dijual – Unit terjual
= 800 unit – 350 unit = 450 unit
Nilai unit akhir :
= 100 unit @ Rp. 20.000 | = Rp. 2.000.000 |
= 100 unit @ Rp. 15.000 | = Rp. 1.500.000 |
= 250 unit @ Rp. 12.000 | = Rp. 3.000.000 |
450 unit | = Rp. 6.500.000 |
Harga Pokok Penjualan :
= Nilai persediaan (harga) yang tersedia untuk dijual – nilai persediaan (harga) unit akhir
= Rp 10.500.000 – Rp 6.500.000 = Rp 4.000.000
Laba Kotor :
= Hasil penjualan – Harga pokok penjualan
= 9.000.000 – Rp 4.000.000 = Rp 5.000.000
Simak juga penjelasan lengkapnya mengenai Harga Pokok Penjualan dan beberapa perhitunganya
2. Sistem Perpetual LIFO
Melalui metode perpetual LIFO kita bisa mengetahui hal-hal sebagai berikut:
Nilai persediaan akhir | Rp. 5.600.000 |
Harga Pokok penjualan | Rp. 4.900.000 |
Laba kotor | = Rp. 9.000.000 – Rp. 4.900.000 |
= Rp. 4.100.000 |
Demikianlah penjelasan mengenai Contoh Soal LIFO, FIFO, AVERAGE dan HPP dengan 2 Pencatatan semoga penjelasan diatas dapat membantu Anda dan dapat menambah wawasan bagi pembaca.Terimaskih atas kunjunganya
Silahkan berikan saran Anda di kolom komentar apabila terdapat perhitunganya yang salah dan tidak jelas agar secepatnya kami perbaiki.
bagaimana mencari atau menghitung hasil penjualan pada laba kotor?
Untuk mencari laba kotor rumusnya adalah (Penjualan Bersih – HPP)
hasil penjualan bisa dapat 9 juta itu dari mana ya kak?
diperoleh dari Harga Pokok Penjualan (4.900.000) + Persediaan Akhir (5.600.000)= 9.000.000
Maaf mau nanya itu 16 unit dapat dari mana kak, sedangkan di contoh soalnya gk ada 16 unit, yg ada malah 6 unit, 14 unit dan 20 unit, nah yg saya bingung 16 unit dapat dari mana?
Coba dipahami lagi mbk disini kan Ada 16 unit barang dalam perhitungan fisik persediaan per 31 Desember. Sudah di jelaskan bahwa ada 16 unit yang tersisa dan silahkan tentukan nilai persediaanya?
Sudah baca contoh soal yang kedua belum?
dari mana average nya di Persediaan bisa jadi Rp.9.600 ?? yang ada ditabel???
Nakga 9.600 Diperoleh dari 4.800.000/500 unit = 9600
Penjelasan :
4.800.000 diperoleh dari 1.800.000 + 3.000.000
500 diperoleh dari 200 + 300